“Kami
Persatuan Janda Kembang Cimedang, mengutuk atas tindakan Lurah Éon yang bejad.
Dengan teu pati hormat, kami minta agar Lurah Éon turun dari jabatan Lurah,
Turunkan harga segala jenis kebaya, dan untuk segera mengangkat lurah yang
baru. Kalau bisa dari golongan pemain longser, agar memperhatikan seni dan
budaya bangsa dari semua etnik. Sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang
mencintai dan melestarikan seni budayanya. Bila suatu bangsa sudah kehilangan
nilai seni dan budayanya, maka bangsa tersebut akan segera menghadapi
kehancuran. Selain itu, hentikan juga kekerasan terhadap para wanita dan
anak-anak! Dan ka seluruh pejabat, konglomerat, sampai anu sakarat yang tidak
mempedulikan seni budaya bangsa apalagi sampai berani menghina kesenian milik
bangsa, agar segera angkat kaki dari tanah kami tercinta ini. Merdeka!!!” itu
lah salah satu penggalan dari naskah teater “duriat bejad” yang dibawakan oleh
tokoh karakter neng cucu yang menggambarkan kewajiban kita untuk tetap
melindungi dan melestarikan seni budaya bangsa yang menjadi warisan terbaik
dari nenek moyang kita untuk tetap terus dilestarikan. Begitupun dengan tujuan
utama dari ekstrakurikuler seni budaya yang terhimpun dalam “Lingkung Seni
Wisrawa” SMA Negeri 4 Pandeglang yang mencoba untuk tetap terus berkarya dengan
mengangkat nilai-nilai budaya yang semakin terlupakan seiring dengan
berkembangnya zaman. Pagelaran seni budaya yang diusung oleh Lingkung Seni
Wisrawa kali ini memang tidak terlalu beda dengan pagelaran sebelumnya yang
mengangkat judul “Sunda I`m In Love” namun ada beberapa hal pengembangan yang dilakukan
seperti aransemen musik gamelan, koreografer tari komposisi jaipongan serta
penokohan yang diperkuat karakternya. Pagelaran seni budaya ini mencoba
mengangkat cerita kehidupan seorang lurah yang berambisius ingin mendapatkan
seorang wanita kembang desa yang sudah memiliki suami, dengan menghalalkan
segala cara serta memanfaatkan jabatan yang dimilikinya. Namun hal itu justru
membuat warga masyarakatpun muram dengan tingkah laku sang lurah yang bejad
sehingga warga pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran untuk menurunkan
lurah tersebut dari jabatannya. Cerita ini dikemas dalam pertunjukan drama
komedi yang banyak membuat gelak tawa para penontonnya agar tujuan dari cerita
yang dibawakan mudah dicerna oleh masyarakat dan menjadikan pagelaran ini
sebagai hiburan rakyat yang murah meriah. Pagelaran seni budaya ini dipertunjukan
dalam memperingati hari sumpah pemuda dan satu tahun berdirinya Lingkung Seni
Wisrawa. Karya ini merupakan hasil kreasi dari pimpinan produksi sodari Eneng
Wiwi Andriani yang juga merupakan ketua dari ekstrakurikuler Seni Budaya,
Penata actor oleh Bapak Haris Suharyan, S.Si, Penata Tari oleh Ibu Tantri
Febrianti, M.Pd dan Penata Musik oleh Bapak Wildan Fisabillilhaq, S.Pd serta
melibatkan 18 orang aktor, 14 orang penari, 10 orang pemusik serta 15 orang
managemen pertunjukan. Pagelaran seni budaya ini dipertunjukan dalam 2 sesi
yakni tanggal 31 oktober dan 2 november 2013 yang dilaksanakan di gedung serba
guna (AULA) SMA Negeri 4 Pandeglang. Ini merupakan progam unggulan yang ingin
dilakukan setiap tahunnya. Harapan kami setelah terlaksananya pagelaran seni
budaya ini tercipta sebuah inspirasi serta pemahaman terhadap nilai-nilai seni
budaya yang mesti kita jaga bersama. Semoga Lingkung Seni Wisrawa dapat tetap
terus berkarya baik dalam tingkat lokal, regional, nasional, hingga internasional.
Salam
budaya. Wisrawa aaayyyeee!!!